Bagi sebagian orang, hewan yang termasuk golongan hewan lunak (molusca) ini menjijikkan, namun di Chili siput menjadi pujaan para perempuan karena terbukti bermanfaat untuk meremajakan kulit. Khasiat itu ditemukan oleh Elizabeth Simon, seorang peternak siput di Chili yang kemudian menjadi kaya karena penemuannya. Elizabeth mengolah lendir menjadi sabun kecantikan yang berguna untuk meremajakan kulit. "Lendir siput bersifat menahan air sehingga kulit terhindar dari kekeringan dan proses regenerasi kulit," ujar Elizabeth.
Pemrosesan lendir dimulai dengan tahap memeras lendir dari siput, kemudian dicampur bersama minyak kelapa dan lilin lebah. Campuran tersebut dibiarkan mengeras selama 15 hari. Setelah itu dipotong-potong dan dijual sebagai sabun.
Sebelumnya manfaat lendir siput untuk kecantikan telah ditemukan oleh Fernando Bascunan Dockendorff, anak lelaki keluarga peternak siput. Fernando melihat bahwa siput mampu menyembuhkan diri sendiri, kemudian Fernando menciptakan Elicina, krim lendir siput. Krim ini diklaim dapat memicu proses regenerasi kulit sehingga berguna bagi para penderita luka bakar, keloid, dan jerawat
Bawang Putih Membuat Siput Lari!
Siput bakal lari karena bawang putih.
Drakula dan vampir bukanlah satu-satunya makhluk yang takut pada bawang putih, karena keong, siput dan bekicot juga akan lari terbirit-birit --seandainya mereka bisa-- bila mencium bau tanaman beraroma tajam tersebut.
Karena khasiat tersebut, para ilmuwan Inggris menciptakan ekstrak minyak bawang putih yang khusus dibuat untuk mengusir binatang-binatang itu dari kebun. "Ekstrak bernama Ecoguard ini mampu mengusir bahkan membasmi siput," ujar Dr Gordon Port, kepala peneliti proyek dari Universitas Newcastle, Inggris.
Saat menjelaskan temuannya di konferensi ilmu pengetahuan British Association, di Salford, Greater Manchester, Jumat (12/9), Port mengatakan bahwa penggunaan bawang putih untuk mengusir keong dan siput bukan hal baru. Para petani, sejak puluhan tahun lalu, telah menanam bawang putih di kebunnya untuk mengusir hama tersebut. Meski demikian, Port menunjukkan secara ilmiah mengenai daya basmi ekstrak bawang putih yang dibuatnya.
Produksi lendir berlebihan
Bekicot menyukai kubis dan sayuran lain.
Dalam percobaan yang dilakukan di laboratorium, Port menaburkan ekstrak bawang putih dan melepaskan siput-siput. Begitu siput berjalan mendekati ekstrak, mereka serta merta berbalik arah. "Bila binatang itu akhirnya terjebak dalam wilayah yang ditaburi ekstrak bawang putih, mereka bisa mati."
Kematian biasanya disebabkan karena produksi lendir yang terlalu banyak, sehingga binatang berkulit lunak tersebut akan menjadi kering. Port juga menduga minyak bawang putih mampu merusakkan sistem saraf siput, namun ia tidak yakin bagaimana hal itu terjadi. "Yang jelas minyak itu benar-benar senjata pembunuh karena siput-siput akan mati dalam hitungan jam."
Sejauh ini Port dan timnya masih akan meneliti apakah minyak bawang putih lebih efektif digunakan untuk mengusir siput dibanding bawang itu sendiri. Mereka juga akan mencari tahu apakah siput takut pada kandungan dalam bawang putih atau pergi karena baunya yang tajam. "Minyak ekstrak bawang putih memiliki komponen yang aktif, dan bisa jadi bersifat asam. Namun bau bawang putih-lah yang sepertinya mengusir siput," kata Port.
"Kami juga masih ingin menguji bagaimana minyak bawang putih mempengaruhi kehidupan lain di tanah, seberapa konsentrasi yang tepat untuk digunakan, apakah penggunaannya akan mempengaruhi rasa makanan, dan masih banyak lagi," papar Port. "Namun para petani tidak perlu menunggu hasil penelitian ini. Mereka bisa langsung memanfaatkan minyak bawang buatan sendiri."
Hama tanaman
Siput, keong dan bekicot sangat doyan kubis dan sayuran serta tanaman hijau lain, sehingga sangat dimusuhi para petani. Kerugian karena hama ini, di negara-negara beriklim dingin bisa mencapai jutaan dollar. Sekitar 30 juta pounsterling dihabiskan para petani tiap tahun untuk melindungi tanaman kubis, kol, tomat, bahkan gandumnya, agar tidak dimakan hama.
Kebanyakan petani mengandalkan pestisida untuk urusan di atas. Namun penggunaan pestisida, selain mahal juga menyisakan residu pada tanaman sehingga tidak sehat untuk dimakan bila kandungan racunnya tinggi. Banyak jenis pestisida yang kini tidak boleh lagi digunakan di negara-negara Uni Eropa. Oleh sebab itulah, pembasmi hama yang ramah lingkungan selalu diupayakan untuk bisa mengusir hewan-hewan tersebut.
Sesungguhnya selain bawang putih, para ilmuwan menemukan bahwa bir juga mampu mengusir siput. "Bir sebenarnya menarik siput untuk mendekat. Dalam uji coba, bila kita meletakkan segelas air dan bir di antara siput-siput, mereka akan mengunjungi keduanya dengan frekuensi yang sama," ungkap Port. "Namun begitu menyentuhnya, siput-siput itu akan segera menghindari bir dan tidak akan mendekatinya lagi."
(pahamidanrenungi.blogspot.com)