Rabu, 27 Januari 2010

Antara Siput dan Umang - Umang

Antara Siput dan Umang-
umang


Di habitat pantai berkarang dan berpasir bersih dua makhluk laut ini
mungkin hidup bersama. Keduanya sangat jauh hubungan kekerabatannya,
tetapi sepintas berpenampilan sama. Siput termasuk gastropoda (hewan
berkaki perut) dalam keluarga mollusca (hewan bertubuh lunak), sedang
umang-umang (bahasa
Jawa – pongpongan) termasuk decapoda (hewan berkaki sepuluh)
dalam keluarga Crustacea (hewan bertubuh keras).

Keduanya tergolong hewan bercangkang, sehingga secara kaprah dalam
bahasa Inggris dikelompokkan ke dalam shell-fish. Dalam hal cangkang inilah
perbedaan menyolok terdapat pada keduanya. Cangkang siput menjadi
penanda jenis-jenis siput yang beraneka ragam. Cangkang umang-umang
ada dua macam.
Cangkang asli yang ditanggalkannya ketika tumbuh membesar dan
cangkang "pinjaman" milik siput mati.

Cangkang siput sungguh menakjubkan ditinjau dari ukuran relatif maupun
ragam bentuk dan warnanya. Yang pasti, cangkang siput menyatu dengan
tubuh siput, menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Cangkang tanpa
tubuh siput hanyalah cangkang kosong. Tubuh siput tanpa cangkang,
sudah bukan siput lagi, karena akan segera mati kekeringan.

Cangkang siput tumbuh membesar dan terus membesar mengikuti
pertumbuhan tubuh-lunaknya. Bentuk cangkang yang spiral menunjukkan
adanya aturan yang sudah baku bagi pertumbuhan dan perkembangan
siput. Aturan tumbuh yang "memancar"

keluar dari pusat spiral di ujung cangkang, memberikan ruang tumbuh bagi
tubuh-lunaknya.

Ukuran cangkang siput ditinjau dari bobotnya, memberikan gambaran
betapa serasinya hubungan antara cangkang dan tubuh-lunak. Dapat kita
bayangkan, betapa berat bobot cangkang terhadap tubuh-lunak siput,
bukan? Namun demikian, betapa serasinya gerakan siput, yang merayap
lurus ke depan mengusung cangkang beratnya. Siput dapat merayapi
karang tegak lurus atau menempel erat di tebing karang curam dengan
beban cangkangnya itu. Konon, siput mampu merayap di atas benda tajam
“ sebilah pisau misalnya“ tanpa tergores luka. Itulah gambaran menyatunya
cangkang dan tubuh lunak
siput lengkap dengan sistem metabolisme dan sistem kehidupannya.
Akhirnya ketika makhlukâ siput mati, maka akan meninggalkan cangkang
yang relatif abadi, menjadi salah satu benda paleogeology penting, misalnya
sebagai penanda bahwa pegunungan Himalaya dahulunya adalah laut yang
dihuni
oleh siput dan kerabat dekatnya, bangsa kerang-kerangan.

Siput memang lambat dalam merayap. Namun gerakan merayapnya
menunjukkan keserasian yang sempurna. Juga, ketika si siput menarik diri,
cangkang tetap tegak atau menempel dengan sempurna. Keserasian dalam
tumbuh, berkembang dan bergerak yang tidak dimiliki oleh umang-umang.
***
Umang-umang hanyalah penghuni cangkang peninggalan siput. Dia sudah
memiliki cangkang sendiri, tetapi masih memakai cangkang siput untuk
berlindung. Berhubung si cangkang hanya barang "akuan"€™ tetapi
dijadikannya sebagai sistem hidup, maka menjadi serba tidak serasilah dia.
Ketika tubuh
umang-umang tumbuh membesar, dia harus keluar dari cangkang siput,
menanggalkan cangkangnya sendiri (berganti kulit,nglungsungi – dalam
bahasa Jawa), dan mencari cangkang siput lain yang lebih besar, bahkan
harus lebih besar dari tubuhnya sendiri.

Sialnya, karena si umang-umang menjadikan cangkang siput yang bukan
miliknya selaku sistem hidup, maka dia harus membuat tubuhnya mengikuti
aturan spiral cangkang siput.

Bentuk tubuh umang-umang ikut terpeluntir di dalam cangkang. Bentuk
tubuh yang sangat berbeda dengan kerabatnya yang tidak berlindung
dalam cangkang siput.

Bagaimana dengan gerakannya? Nah, dalam hal bergerak inilah si umang-
umang menunjukkan sikap hidup yang patut dikasihani. Umang-umang
bergerak dengan menyeret-nyeret cangkang siput yang berat dan sistem
spiral cangkang membuat arah berjalannya menjadi miring. Sangat berbeda
dengan siput asli yang berjalan lurus dan tidak menyeret cangkang. Ketika
umang-umang berlindung ke dalam cangkang pinjamannya, maka begitu
saja dia menarik diri sehingga posisinya sangat tergantung bentuk
cangkang yang dia gunakan. Si cangkang menelungkup tegak menutup,
atau menggelimpang begitu saja.

Namun, jangan coba-coba mengganggu umang-umang yang sedang
menarik diri ke dalam cangkang, bisa-bisa si pengganggu akan kena
sapitnya yang sangat kuat. Sapit kuat itulah yang menjadi penutup
cangkang ketika umang-umang berlindung ke dalamnya!
***
Siput ada bermacam-macam, yang keragamannya ditunjukkan oleh
cangkangnya. Cangkang-cangkang itu sedikit banyak menunjukkan kondisi
lingkungan di mana dia hidup. Yang jelas masing-masing jenis siput memiliki
keserasiannya sendiri dalam beraktivitas hidup. Mereka bergerak lurus ke
depan dan mampu mengusung cangkang yang berat dan berbentuk spiral
menempuh segala medan.

Akan halnya umang-umang, sungguh berlawanan dengan siput.Keragaman
cangkang umang-umang tidak menunjukkan keragaman jati-dirinya. Umang-
umang hanya memakai cangkang pinjaman atau temuan, yang meskipun
begitu dijaganya mati-matian dengan sapit kuatnya, selama masih sesuai
dengan ukuran tubuhnya. Dan akan ditinggalkannya ketika tubuhnya
membesar!

Namun demikian tubuh umang-umang telah menjadi terpeluntir karena
dibiasakan mengikuti sistem spiral di dalam cangkang yang bukan miliknya
sendiri. Cara bergeraknya menjadi miring terhadap arah mulut cangkang,
sehingga terkesan umang-umang bergerak melata menyeret-nyeret
cangkang yang berat. Ketika berjalan, cangkang umang-umang selalu
bergerak oleng!

Jadi cangkang dan siput dapat diamsalkan sebagai suatu sistem yang serasi
karena memang sudah seharusnya siput itu bercangkang. Cangkang, dapat
diumpamakan sebagai sistem atau aturan dalam banyak hal, termasuk
sistem berbangsa dan bernegara juga beragama! Cangkang dengan aturan
spiralnya
dapat diumpamakan aturan, visi, misi dan tujuan bernegara yang dinamis,
yang selalu cocok dengan dinamika pelaksananya, yaitu tubuh- lunak siput
yang tumbuh dan berkembang. Meskipun berkonotasi keras dan kaku,
cangkang siput tetap dinamis selama tubuh-lunak masih hidup dan
mendiaminya. Dan akan menjadi sekedar cangkang kosong, ketika siputnya
mati atau dimakan pemangsa.

Lain halnya dengan umang-umang. Umang-umang hanya memakai
cangkang kosong yang sudah statis, sekedar untuk perlindungan diri.
Sesuatu yang sudah mandeg, hanya menyisakan bentuk dan warna belaka.
Dan itu menjadikan umang-umang mengorbankan bentuk tubuhnya serta
menyeret-nyeret kepayahan dan berjalan miring serta selalu oleng. Yang
pasti cangkang itu akan ditinggalkannya ketika tubuhnya membesar.


(sumber :www.wiraswasta.net)


1 komentar: